Review Canon 50D, Kamera Lawas yang Ganas
![]() |
blog.michaeldanielhi.com |
Bodinya sudah mulai usang, karet
penutup port USB sudah rontok entah ke mana, tombol shutter sudah
tidak empuk lagi, dan satu hal lagi yang sangat ekstrim, shutter
count sudah menyentuh angka 145.000an. Angka yang sudah sangat
mengerikan untuk sebuah kamera DSLR.
Pertanyaan yang sering diajukan ketika
menyaksikan kondisi yang seperti itu adalah, "apa sih yang membuatmu
bertahan untuk tetap bersamanya?" - eaaaa.
Jawabannya tentu saja ada di dalam judul
postingan ini - Ganas. Seperti apa ganasnya kamera jadul ini? Postingan ini
akan membahas sesuai pengalaman saya sebagai penggemar fotografi.
Alasan pertama saya menginginkan sebuah kamera DSLR
semipro adalah tone warna yang lebih menarik. Kenapa memilih
kamera canon 2 digit ini? Kenapa tidak sekalian 1 digit saja. Tentu saja adalah
perkara klasik, harga yang mampu dijangkau yang mana.
Alasan kedua adalah bodi yang kokoh. Untuk urusan
bodi kokoh, boleh dibilang 50D kamera yang berat. Jika menenteng seharian si
50D dengan lensa yang agak panjang tentu saja sudah bisa disamakan dengan
olahraga. Namun jangan salah, dengan bodi berat saya merasa lebih stabil dalam
memotret maupun merekam video.
Alasan ketiga adalah burst mode yang lumayan cepat.
Tentu saja sangat tidak adil jika membandingkan dengan mirrorless cepat saat
ini yang harganya jauh di atas si Canon lawas ini. Setidaknya saya bisa
menangkap adegan-adegan dalam panggung pementasan dengan baik menggunakan mode
burst di kamera ini walaupun hanya dengan lensa kit.
Alasan keempat adalah, si Canon ini bisa dipaksa untuk
merekam video. Secara bawaan pabrik Canon 50D belum bisa digunakan untuk
merekam video. Terbukti di bodi tidak terdapat mic untuk merekam suara. Namun
dengan menginstall magic lantern, kamera 50D ini bisa digunakan untuk merekam
video. Sudah banyak contoh yang ada di youtube jika ingin melihat seperti apa
hasil video dari kamera lawas 50D ini. Saya sendiri kemarin sempat mencoba
untuk merekam jalan-jalan ke Museum Keris Nasional di Solo. Seperti apa
hasilnya? Nanti bisa dipantau di channel berikut: channelku
Alasan kelima, tentu saja karena untuk saat ini belum ada
alokasi anggaran yang khusus untuk mengganti si 50D dengan yang baru. Untuk
hobi, kamera ini masih mencukupi kok. Sedangkan untuk bekerja, masih bisa
dikombinasikan dengan kamera lain atau lensa lain dari tempat persewaan.
Comments