Bagaimana Memotret di Malam Hari?
Gagasan tulisan ini muncul bermula dari pertanyaan seorang
kawan yang jadi pengajar dan telah lebih banyak jelajah nusantara dari pada
saya sendiri. Bisa disimak pengalamannya di sini (blognya Anisse).
"Bagaimana sih memotret di malam hari agar hasilnya
bagus?"
Mungkin ada juga yang banyak menanyakan hal serupa. Jadi
saya mau menuliskannya sekalian jadi sebuah artikel tutorial singkat.
Berangkat dari niat
Apa niat awal kita? Mendapatkan foto dokumentasi kejadian
penting atau ingin mengabadikan sebuah suasana? Berangkat dari niat inilah
kemudian kita baru otak-atik kamera dengan setting yang sesuai. Bagi mereka
yang hanya ingin mengabadikan kejadian penting maka dibutuhkan gambar yang
tajam dan terang. Bagi mereka yang ingin mengabadikan suasana maka sebisa
mungkin foto yang dihasilkan mendekati realita, mirip dengan apa yang dilihat
oleh mata. Jadi dengan foto itu bisa menceritakan nuansa, suasana, atau mungkin
perasaan yang muncul saat orang melakoni dan merasakan langsung seperti di
lokasi.
Untuk kategori pertama. Mengabadikan momen seperti
perjalanan mendaki gunung tengah malam, sudah sampai di Pos 3 lalu berfoto.
Maka atur kamera auto, blitz nyala, lampu AF nyala lalu tekan tombol shutter.
Selesai. Foto kita terang (karena blitz) objek yang ada di sekitar kita juga
terang lalu selebihnya tetap gelap.
Bagaimana dengan kategori yang kedua? Mengabadikan suasana
bagi saya itu lebih 'menyentuh'. Foto yang dihasilkan akan mendekati apa yang
mata lihat secara langsung sehingga orang lain yang menyaksikan foto tersebut
seolah bisa ikut merasakan apa yang dirasakan orang dalam foto.
Beberapa langkah yang harus dilakukan adalah:
Pertama, set
kamera ke mode M (manual). Bisa saja sih set ke mode malam atau AV atau TV (A
atau S pada pocket dan prosumer), tapi agar lebih leluasa saya lebih senang
menggunakan mode M. Kontrol sepenuhnya ada di tangan kita.
Kedua, matikan
blitz kamera. Memotret dengan blitz akan menjadikan cahaya tidak senatural
ketika blitz off, jadi sebaiknya matikan blitz. Konsekuensi dari blitz mati
adalah kamera tak boleh goyang, gunakan tripod yang kokoh adalah lebih baik
kalau tak ingin kecewa dengan hasilnya.
Ketiga, gunakan
ISO rendah. Iya benar. Menggunakan ISO tinggi memang akan mendongkrak kecerahan
gambar di tempat yang minim cahaya, namun konsekuensinya noise (bintik-bintik)
pada hasil foto bakal lebih terlihat. Menggubakan ISO rendah akan menjadikan
gambar lebih jernih karena tidak ber-noise. Set di angkat 100 atau 80 untuk
nilai ISOnya. Jangan lupa ya, harus pake tripod agar stabil.
Keempat, gunakan
shutter lambat. Jika siang hari kita memotret dengan shutter speed 1/30 hingga
1/50, maka untuk mendapatkan efek natural di malam hari setidaknya set shutter
speed di angka 1”. Nilai 1” berlaku ketika di ruangan redup dengan cahaya
temaram, namun jika berada di tempat yang lebih gelap lagi shutter speed harus
dilambatkan lagi. Mungkin 10” atau 15”. Coba lalu pilih angka yang paling
sesuai dengan keadaan saat itu. Kalau dalam kamera pocket yang belum ada
pengaturan manual biasanya 1” bisa didapatkan dengan mengaktifkan Modus Malam
(Night Mode).
Kelima, gunakan
aperture besar. Aperture adalah seberapa besar bukaan lensa. Makin lebar bukaan
lensa maka sensor kamera akan lebih banyak mendapatkan asupan cahaya sehingga
hasil foto akan lebih terlihat saat minim cahaya. Nilai aperture berkebalikan
dengan urutan angka. Artinya makin besar bukaan lensa, makin kecil angka aperture.
Contoh: nilai aperture f2.5 artinya bukaan lensa lebih lebar dibandingkan
dengan f5.0 walaupun secara angka 5.0 lebih besar dibanding 2.5. Tapi inilah
nilai aperture. Jadi kombinasikan nilai aperture dengan shutter speed, maka
akan didapatkan foto yang menarik dan dramatis walaupun berada di tempat yang
minim cahaya.
Selamat mencoba.[]
Comments