TREKKO SEPEDA LISTRIK (Review Trekko Nexus)
Pada kesempatan
kali ini saya ingin mengulas tentang sebuah alat transportasi “harapan masa
depan”, yaitu sepeda / motor dengan tenaga listrik. Saya tulis “harapan masa
depan” karena sering kita mendengar bahwa bahan bakar fosil lama kelamaan akan
segera habis dan energi listrik sebagai alternatif penggantinya. Namun pada
kenyataannya belum banyak yang menggarap ini dengan serius, jadi lebih tepat
dikatakan bahwa ini masih menjadi harapan.
Lanjut ke tema,
Trekko adalah salah satu merek Sepeda yang menggunakan energi listrik (berasal
dari aki) yang pada awalnya kemunculan sepeda listrik ini didominasi oleh seri
yang bentuknya mirip sepeda mini atau sepeda keranjang seperti yang sering
digunakan oleh ibu-ibu namun bergerak menggunakan energi listrik, tapi dilengkapi
pedal juga untuk mengayuh jika dalam perjalanan listrik habis. Kemudian pada
perkembangannya ada beberapa jenis sepeda listrik yang dari bentuk dan fitur
mendekati motor matic.
Untuk body depan
bersih, tanpa ada dudukan untuk plat nomor namun di belakang masih ada dudukan
plat nomor. Kurang tau untuk apa fungsinya, mungkin untuk dipasangi plat bertuliskan
SEPEDA LISTRIK.
Untuk komponen
yang satu ini bisa dibilang cukup lumayan, hampir semua indikator yang
terpasang pada motor disini juga ada. Diantaranya adalah; speedo meter,
odometer, indikator energi (baterai), klakson, lampu sein, lampu utama, tombol
untuk sorot lampu jauh-dekat, gas dan rem seperti matic, lalu apa lagi ya…ohya,
kuncinya berbentuk seperi kunci motor-motor Honda dan dilengkapi dengan tuas
magnet (penutup lubang kunci) untuk menghindari dari pencurian.
Untuk bagasi
seperti layaknya matic atau bebek, yakni dibawah jok masih terdapat ruang
sedikit, karena kendaraan ini menggunakan tenaga aki, maka aki disimpan dibawah
jok dan dilengkapi juga dengan saklar on off dengan bentuk seperti saklar
meteran listrik untuk rumah. Tempat yang tersedia memang tidak luas, namun jika
untuk menyimpan jas hujan masih bisa.
Aki dibawah jok |
Untuk Trekko Nexus
ini berjenis full matic (ini istilah saya sendiri), artinya sudah tidak
dilengkapi dengan pedal untuk mengayuh. Ada kelebihan dan kekurangan memang,
jika dilihat dari tampilan maka 90% mirip dengan matic yang ada di pasaran jadi
jika ditambahi pedal justru mengurangi kesan keren di tampilannya. Namun yang jadi
masalah ketika kehabisan baterai maka mau tidak mau harus menuntun, mendorong
atau minta tolong sepeda motor untuk menariknya agar bisa pulang sampai
kerumah.
Selanjutnya, agar
lebih mudah untuk mereviewnya akan saya kupas berdasarkan fitur masing-masing.
Harapannya ini bisa menjadi rujukan bagi yang berminat menggunakan sepeda
listrik jenis ini atau sharing pengalaman untuk sesama pengguna.
Ohya, harga 1 unit
di Jogja adalah 6,5 juta ( + ongkos kirim ke Solo 100 ribu saat itu)
Body dan tampilan
Bentuk 90% matic
dengan tanpa menggunakan pedal kayuh dengan tampilan yang cukup keren. Orang
akan mengira ini adalah matic seperti pada umumnya jika hanya melihat sepintas,
baru kemudian bisa menemukan perbedaannya pada ban yang sedikit agak berbeda,
velg yang berbeda serta tidak terdapat mesin samping dan kenalpot seperti
layaknya motor matic.
Tampak Depan |
Secara cat,
finishing, warna hampir sama dengan motor matic pada umumnya, untuk seri Nexus
tahun 2012 ini menurut penilaian pribadi saya sangat halus, hampir imbang
dengan motor.
Yang menjadi
sedikit masalah adalah agak kurang presisi, artinya di tempat persambungan
antara kepingan plastik penyusun body masih terdapat rongga yang seharusnya itu
tidak boleh ada. Atau jika kita melihat motor keluaran Jepang maka body bisa
dipastikan presisi. Untuk body ini merupakan penilaian yang agak kurang.
Dashboard
Posisi masih terbungkus plastik |
Secara umum pada
bagian ini normal dan berfungsi dengan baik, terdapat perbedaan hanya pada
kualitas bahan plastik yang digunakan sudah tentu berbeda jika dibandingkan
dengan motor matic yang sudah punya nama.
Jok dan bagasi
Untuk jok secara
bentuk memang seperti matic pada umumnya, kapasitas duduk untuk 2 orang. Namun
konsep awalnya ini bukanlah kendaraan untuk mobilitas seperti motor, namun
untuk berkendara jarak dekat, datar dan tidak naik turun. Sebaiknya tidak
digunakan untuk berboncengan 2 orang yang dewasa karena tenaganya juga terbatas,
kecuali jika yang dibonceng anak-anak maka tidak masalah. Tetapi tetap saja
tidak disediakan foot step untuk pembonceng.
Tekan "Seat Push" |
CARA MEMBUKA JOK BERBEDA dibandingkan
dengan motor bebek atau matic. Pada saat pertama kali hendak menggunakan
kendaraan ini saya sempat bingung dengan system buka tutup jok, jika pada motor
biasa dibuka dengan kunci yang lubangnya ada dibawah atau dekat dengan spakbor
di kendaraan ini tidak ada lubang kunci sama sekali. Namun setelah dicari-cari
akhirnya ketemu juga, cara membuka jok dengan kunci kontak ditekan kebawah pada
posisi tepat dengan tulisan Seat Push dengan
kuat maka otomatis pengunci jok akan terbuka.
Performa
Berbicara
performa, maka yang perlu diingat kembali bahwa ini adalah motor atau sepeda
dengan segmen pengguna yang berbeda dengan motor pada umumnya. Jadi jangan
heran jika kemampuan yang bisa dilakukan juga berbeda.
Top speed: 35-40
km/jam
(diatas kecepatan
ini mesin mati, dan bisa aktif lagi ketika kecepatan sudah turun dibawah 35
kpj.
tapi untuk
gambaran saya adalah orang dengan berat badan 60 kg mengendarai sepeda ini naik
tanjakan 45 derajat masih kuat (saat baterai full / lebih dari setengah)
Handling: lumayan
nyaman, mirip dengan matic pada umumnya
Pengereman: karena
top speed hanya segitu maka rem depan belakang hanya mengandalkan teknologi
tromol, pertimbangannya adalah ini sudah mencukupi.
Ketahanan Baterai:
Berdasarkan penjelasan pihak penjual 2 jam di charge bisa menempuh 40 km
Belum pernah saya
uji sampai habis, tetapi saat ini baru pertama kali charge pada km 20. Bukan
karena sudah habis tetapi ketika jalan di tanjakan sudah beberapa kali mati
namun dijalan datar masih bertenaga.
Penilaian pribadi
+ Untuk harga 6,5
juta dengan yang didapatkan saya pikir seimbang (dengan syarat)
+ Tidak perlu
menggunakan SIM dan STNK karena kecepatannya hanya segitu (sudah ada pernyataan
resmi dari kepolisian)
+ Tidak perlu
pusing BBM naik atau tidak, karena hanya butuh di charge selama 2 jam saja
seperti hape
+ Ramah lingkungan
+ Cocok untuk
ibu-ibu yang takut untuk mengendarai motor
- Tidak tiap kota
terdapat show room, bengkel resmi, ataupun tempat penjualan suku cadang
- Untuk mobilitas
harian, orang lebih memilih motor second daripada ini
- Shockbreaker
belakang sangat keras, lebih empuk motor
- Jika
sewaktu-waktu kehabisan baterai maka siap-siap dorong karena tidak ada pedal
untuk mengayuh
- Presisi bodi
masih kurang, sehingga ketika melewati jalan berkerikil getar dan ada yang
klotak-klotak
Ini adalah review
subyektif dari orang yang pernah memakai Trekko Nexus, jadi tidak semua yang
saya tulis diatas berlaku ditempat lain atau di Trekko lain walaupun dengan
jenis yang sama. Saya yakin kedepan masih akan banyak bermunculan penyempurna
dari produk-produk seperti ini.
Semoga tulisan ini
memberikan manfaat untuk gambaran kasar tentang sepeda listrik Trekko seri
Nexus…
Comments
cocok utk go green,
ada info dmn ya bisa membelinya?
saya tinggal di Medan.
trimakasih
kalo untuk wilayah medan saya kurang tahu soalnya tidak semua wilayah tersedia. coba dicek di internet untuk area medan atau sekitarnya, lokasi saya di solo jawa tengah tapi berhubung di solo gak ada terpaksa ngambil ke sebelah (jogja)
(0274) 655-5599, 719-5157
Itu alamat dan nomer yang bisa dihubungi, tapi mending hubungi nomer itu dulu tanya lokasinya sekarang mana, soale kemaren pas nyari ke alamat ini showroomnya ditempat laen (masih di jogja juga tapi)
...cm performansinya sama aja...(35 kph) jd dah mending